BANDAR LAMPUNG – Politicsnews.id : Novelis Lampung Udo Z Karzi merilis sebuah novel romantis bertajuk : “Surat Cinta Untuk Pithagiras Yang Lupa Ditulis”.
Novel berlatar berlatar gerakan mahasiswa 1990-an prodemokrasi 1998 dan gempa Liwa 1994 dan suasana perkebunan kopi ini sudah lama menjadi obsesi Udo Z Karzi yang punya nama asli Zulkanain Zubairi.
Sebelumnya novelis yang lebih suka disebut “tukang tulis’ ini telah menelurkan novel Negarabatin (2016) dan Negarabatin, Negeri di Balik Bukit (2022).
Novel yang terdiri dari 24 bagian ini menceritakan tentang kisah cinta Kenut Ali Kelumbai kepada gadis cantik dan cerdas Phitagiras.
Betapa Kenut dikisahkan tak pernah berhenti mencintai Pithagiras. Meskipun tersebab oleh waktu dan keadaan Kenut harus menyembunyikan perasaan kasmarannya pada Pithagiras.
Cintanya pada Phyta tak terkatakan dan terejawantahkan hingga puluhan tahun. Hingga kemudian Kenut bersua dengan Vitalita Dania yang mirip dalam banyak hal dengan Pithagiras.
Hingga kisah asmara terjalin, namun semua tak berjalan seperti yang diinginkan Kenut. Gempa bumi meluluhlantakan bumi Liwa. Musibah ini juga menimpa keluarga Kenut dan sanak familinya ikut terlanda bencana gempa bumi.
Sialnya, Kenut sebagai aktivis dan penulis, ditangkap, ditahan aparat dan masuk bui. Sekeluarnya Kenut dari penjara harus rela kehilangan banyak hal, teman, termasuk kekasih.
Kenut meski terlambat menyadari dan memahami semua itu. Semua menjauhi kehidupannya. Kenut telah kehilangan segalanya termasuk kekasihnya.
Wajah-wajah orang yang dikasihi bersliweran mulai dari Phytagiras. Bagi Kenut sedari awal begitu dekat dengan kehidupannya. Dekat namun tak terengkuh oleh Kenut.
Ada sosok tari gadis manis yang terlalu singkat mampir lubuk hatinya, karena harus terlepas karena dijodohkan orangtuanya. Kemudian ada Tiara adiknya tersayang yang harus pergi bersama korban gempa Liwa lainnya.
Lalu muncul sosok Vitalita Dania yang sempat menjadi tumpuan kasih-sayang dan harapan Kenut di masa depan. Namun, akhirnya Vita tak bisa menerima keadaan Kenut yang penuh ketidakpastian sebagai sosok aktivis. Vita pada akhirnya lebih memilih sosok yang lebih jelas masa depannya.
Pada giliranya hadir menyapa Kenut sosok Nafsiah yang datang dengan sekeping hati dan ketulusan. Namun, Kenut mengabaikannya hingga Nafsiah pergi karena penyakit kanker merenggut nyawanya.
Pada muaranya cinta Kenut pun berlabuh pada sosok gadis dari Teluk Pandan Elatri Sulistyawati. Kemudian Kenut pun akhirnya mempersunting Elatri. Keduanya sepakat membangun mahligai rumah tangga dan tinggal diNegarabatin, Liwa.
Menurut Udo Z Karzi novel ini lahir dari inspirasi banyak pihak baik berupa dari gagasan dan ceritanya.
Udo lebih lanjut, membabarkan, merasa berutang ide kepada Knut Hamsun (1859–1952), novelis Norwegia, penerima Nobel Sastra 1920. Nama Knut Hamsun secara kebetulan mirip dengan nama Mamak Kenut, seorang tokoh fiktif dalam khazanah folklor Lampung.
“Mamak Kenut ini kemudian saya gunakan sebagai nama tokoh dalam kolom-kolom saya. Dan, dalam novel ini saya modifikasi menjadi nama tokoh utama, Kenut Ali Kelumbai (aku). Sedangkan Pythagoras, filsuf Yunani y iniang terkenal dengan rumus Pythagoras-nya, dipinjam dengan modifikasi juga untuk nama seorang perempuan cantik dan cerdas: Pithagiras,” terang Udo yang pernah menyabet penghargaan Rancage dari novelnya bertajuk : Negarabatin (2016).
Udo Z Karzi juga mengakui sedikit banyak meminjam kihah aktivis prodemokrasi asal Lampung Muhajir Utomo, Andi Arief, dan (alm), Bambang Ekalaya yang pernah ditangkap, diculik, dan ditahan aparat di era masing-masing.
“Sedikit-banyak saya meminjam cerita mereka untuk novel ini. Juga berdiskusi dengan novelis Rosita Sihombing dan Rilda Taneko yang kian menumbuhkan kecintaan pada Lampung dan mendorong saya untuk merampungkan novel ini,” ujar Novelis cum Jurnalis ini.
Christian Saputro
Every second is change,
Every second is chance.
Do your sevice with integrity,
full heart and full capacity.