SEMARANG – Politicnews.id : Dalam suasana hangat dan penuh syukur, Komunitas Semarang Sketchwalk (SSW) menggelar tasyakuran merayakan satu dekade kebersamaan. Helat acara ini digelar di Restoran Pringsewu, Kota Lama, Semarang.
Acara tasyakuran ini dihadiri anggota DPRD Kota Semarang dari Komisi D Michael, S.Kom, tamu undangan dan anggota Semarang Sketchwalk. Acara sederhana ini dirayakan dengan penuh kehangatan dan kekeluargaan.

Tasyakuran ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Michael, angota Komisi D DPRD Kota Semarang yang kemudian diserahkan kepada anggota SSW termuda Laire Fredella Pena Lasut.
Sebelum acara memotong tumpeng anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Michael dalam sambutannya, mengatakan, sangat mengapresiasi dan bangga dengan kiprah yang telah dilakukan oleh Semarang Sketchwalk dalam berperan serta mendokumentasikan derap kehiupan kota Semarang, warisan budaya, dan arsitektur Kota Semarang.
“Saya sangat mengapresiasi dengan apa yang telah dilakukan Semarang Sketchwalk yang ikut berperan dalam memperkenalkan dan mengekspose destinasi wiasta yang ada di Semarang,” ujar Michael.
Ditambahkannya, di luar negeri khususnya, di Cina sket-sket dijual sebagai souvenier berupa kartu pos atau bisa dalam bentuk lainnya seperti; kaos, tas dan pernik-pernik lainnya.
“Ini menarik, ke depan saya akan coba memesan ke Semarang Sketchalk sket-sket bergambar tentang budaya , arsitektur dan tentang Semarang yang menarik untuk souvenir yang akan saya berikan kepada tamu-tamu, ” janji Michael.
Ketua Semarang Sketchwalk Ratna Sawitri mengatakan, acara ini bukan hanya penanda waktu, tetapi juga penegas semangat komunitas yang sejak awal konsisten menyusuri sudut-sudut kota Kota Semarang dengan pensil, tinta, dan cat air dan media lainnya.
Ratna Sawitri menambahkan komunitas SSW terbentuk dari pertemuan beberapa sketser yang gemar mendokumentasikan bangunan-bangunan bersejarah di Semarang. Mereka berkumpul, berbagi cerita, dan bersama-sama mengabadikan keindahan kota melalui sketsa.
Selama 10 tahun, Semarang Sketchwalk bukan hanya menggambar sudut-sudut kota, kampung-kampung tua dan kawasan heritage tapi juga menyimpan ingatan kolektif, mencatat sejarah visual, dan membangun ruang belajar bersama yang inklusif.
“Tasyakuran ini adalah pengingat bahwa sketsa bukan sekadar karya, tapi cara mencintai dan menjaga kota.Tasyakuran ini menjadi ruang refleksi sekaligus silaturahmi,” ujar Ratna.
Yudi Mahaswanto, salah satu founder SSW dalam testimoninya mengatakan Semarang Sketchwalk yang berdiri pada 20 Juni 2015 yang diresmikan oleh Tia Hendi, istri Wali Kota Semarang saat itu kini menjadi salah satu komunitas yang bertumbuhkmbang dengan banyak anggotanya dan aktivitas paling katif di Indonesia.
“Bisa jadi Semarang Scetchwalk kini jadi komunitas Sketser terbesar di dunia. Saya senang dan bangga,” ujar Yudi Mahaswanto.
Yudi teringat pada tahun 206, SSW pernah menggelar acara bertaraf internasional yaitu event International Semarang Sketchwalk (ISSW) yang diikuti oleh peserta dari sembilan negara dengan total sekitar 400 orang.
“Acara ini menjadi ajang bagi para sketser dari berbagai belahan dunia untuk berkumpul, berbagi pengalaman, dan bersama-sama menggambar keindahan Semarang. ISSW menjadi bukti bahwa sketsa dapat menjadi jembatan budaya yang menghubungkan berbagai komunitas seni,” tandas Yudi bangga.

Gelaran acara sebelumnya dimulai dengan nyeket bersama, battle nyeket, doa bersama pemotongan tumpeng, ramah tamah dan makan bersama para sketser lintas generasi serta pembagian doorprize.
Christian Saputro

Every second is change,
Every second is chance.
Do your sevice with integrity,
full heart and full capacity.