Politicnews.id, Jakarta – Direktur Eksekutif Etos Indonesia Institute Iskandarsyah mengungkapkan, konstelasi politik di Indonesia dari pelaksanaan Pilpres hingga menuju pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak, dinilai semakin kacau.
Dimana sejumlah pengurus partai politik tersandera berbagai kasus, sehingga suka atau tidak suka harus mengikuti keinginan sang penyandera.
“Siapa sang penyandera itu? publik pastinya sudah tahulah, tak perlu diperjelas lagi,” kata Iskandar dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Menurut Iskandar, imbas dari sandera politik tersebut, terlihat jelas di Pilkada Jakarta. Dimana ada skenario yang harus memenangkan Ridwan Kamil (RK) pada kontestasi politik lima tahunan tersebut.
“Di Jakarta ini marwah koalisi parpol di Pilpres atas nama Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan plus parpol-parpol yang dulu bersebrangan di Pilpres semua merapat. Maka saya katakan ini politik dagelan yang hari ini sedang dipertontonkan ke publik se tanah air,” ungkap Iskandar.
Gagalnya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta diduga lantaran efek sandera terhadap Sekjen partai banteng moncong putih itu terkait dengan kasus dugaan tindak pidana korupsi yang saat ini masih ditangani oleh KPK.
Padahal sebelumnya DPP PDIP dikabarkan bakal mengumumkan pasangan Anies-Rano, namun tiba-tiba muncul nama Pramono Anung yang siap maju lewat bendera PDIP.
“Ini seperti mainan yang sedang disuguhkan PDIP ke para kader dan rakyat Jakarta. Calon yang tak jelas dan tak punya korelasi baik di Jakarta ini. tiba-tiba dimunculkan sebagai cagub. Kalau saya melihatnya PDIP tengah menggali kuburan politik karena tersandera oleh ulah sekjen,” ulas Iskandar.