Home / Opini

Senin, 20 September 2021 - 22:45 WIB

Menggantikan Premium, Pertalite Masih Tidak Ramah Lingkungan, Karena Emisinya Masih Cemari Udara

Syafridhani Smaradhana - Penulis

Syafridhani Smaradhana

Sejak 7 September 2021, Premium sudah tidak ditemukan lagi di semua SPBU di Kota Ambon, digantikan dengan Pertalite. Salah satu alasan ditariknya Premium, menurut klaim Pertamina adalah karena Pertalite lebih ramah lingkungan daripada Premium. Benarkah demikian?

Berikut bantahan sekaligus penjelasan Netty Siahaya, Sekretaris Pusat Studi Lingkungan dan Sumber Daya Alam Universitas Pattimura Ambon kepada PoliticNews.ID (20/09).

“Keliru jika Pertamina mengklaim bahwa Pertalite lebih ramah lingkungan dan jadi alasan ditariknya Premium. Pertalite itu jenis RON-90, yang tidak lebih baik daripada Premium yang RON-88, jadi harus ditarik juga, karena tidak memenuhi standar Euro 4,” Jelas Siahaya.

• Dr. Netty Siahaya, M.Si – Sekretaris Pusat Studi Lingkungan & SDA UNPATTI Ambon. 

Siahaya memaparkan bahwa Pertalite nilai oktan hidrokarbon genuine-nya adalah 90, dan normal heptan-nya 10, yang berarti masih di bawah ambang batas aman bagi lingkungan. Emisi yang dihasilkan Pertalite masih besar. Sementara BBM yang aman bagi lingkungan sesuai standar Eropa adalah RON 92, jelasnya.

Baca Juga :  Etika Kato Nan Ampek dalam Budaya Minangkabau: Kearifan Komunikasi yang Menjadi Ciri Khas

Kontribusi terbesar bagi pencemaran udara selama ini adalah dari emisi kendaraan bermotor. Dan itu bisa dikurangi jika BBM yang digunakan menghasilkan gas buangan yang ramah lingkungan. Pertalite masih menghasilkan emisi yang berbahaya bagi lingkungan.

• Situasi salah satu sudut kota Ambon. (20/09)
• Situasi terminal angkutan kota Mardika, Ambon (20/09)

“Selama Pertamina masih menjual Pertalite yang belum memenuhi syarat, Proyek Langit Biru hanya omong kosong belaka, karena sumber pencemaran terbesar, penyumbang emisi terbesar itu dari kendaraan bermotor,” Lanjutnya.

Menurut kandidat Guru Besar UNPATTI Ambon ini, sebagai konsekuensi dari pencemaran udara yang dihasilkan, Pertamina bisa melakukan subsidi silang dengan menanam pohon dari setiap BBM yang terjual. Hal ini demi bisa menjaga keseimbangan alam.

Baca Juga :  Cita - Cita Masuk Fakultas UGM, Kini Satya Sandy Prakasa Di Terima

Selama ini Pertamina menurut Doktor Kimia lulusan Unhas Makassar ini hanya memberikan CSR-CSR jangka pendek. Dengan keuntungan yang besar sejauh ini, Pertamina harusnya merasa memiliki tanggungjawab, terutama terhadap lingkungan.

“Penanaman pohon dapat mengimbangi polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor, dimana karbonmonoksida (CO) yang dilepas dapat diserap oleh tanaman. Tanaman juga dapat menghasilkan oksigen (O2) yang banyak, sehingga oksigen itu dapat diserap oleh manusia. Jadi fungsi keseimbangan itu harus jalan seperti itu,” pungkasnya.(*)

Follow WhatsApp Channel politicnews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Berita ini 109 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Legislator

Anggota DPRD Sumbar Muhammad Ridwan Ceritakan Awal Mula Program Bantuan Seragam untuk Siswa

Opini

KPID Sumbar Usul Penguatan Kelembagaan saat Raker di Bintan

Opini

Apakah Papua Jatuh Cinta Lagi

Opini

Melintasi Batas: Dampak Globalisasi dalam Transformasi Sosial Peserta Didik

Opini

Kapolda dan Wakapolda Jabar Raih Tingkat Kepercayaan Tinggi dalam Survei ETOS

Eksekutif

Kunjungi BKIM, Wagub Sumbar: Berkat Inovasi Masuk Surga Pendapatan BKIM Meningkat

Eksekutif

Rektor UIN Bukittinggi Sampaikan Klarifikasi dan Permintaan Maaf atas Aksi Oknum Mahasiswa, Gubernur Sumbar : Tidak Perlu Dipersoalkan dan Kami Sudah Memaafkan

Eksekutif

Gubernur Mahyeldi Urai Segudang Prestasi Pemprov Saat Peringatan Hari Jadi Sumbar Ke-78