PADANG, – Pemilu 2024 baru saja berakhir, walaupun masih dalam proses perhitungan suara manual di KPU, tapi hasil Pemilu sudah bisa kita ketahui dari hasil _Quick Count_ (QC), perhitungan internal Partai hingga Sirekap walaupun yg terakhir dibantah sendiri KPU bukan sebagai perhitungan resmi yang bisa sebaga acuan.
Hasil perhitungan sementara PKS sampai saat ini, masih berkisar pada angka 7-8%, sesungguhnya ini hasil yang diluar perkiraan struktur dan kader2 PKS sendiri, keyakinan akan mendapat _coattail effect_ dari Capres Anies Baswedan, PKS akan melonjak diatas 2 digit (diatas 10%), masuk papan atas tiga Partai terbesar secara nasional, bahkan survei internal sendiri mencapai 13%, wajar jika optimisme untuk mencapai target nasional 15% terus menyeruak, hingga detik2 terakhir prncoblosan.
Nasib baik memang belum berpihak pada PKS, harapan untuk menjadi Partai Penguasa _(ruling party)_,tinggal harapan, sepertinya kandas dalam satu putaran, begitupula hasil sementara perhitungan Pileg juga belum sesuai harapan, target dua digit dan masuk menjadi partai papan atas juga harus dipendam. Bahkan lumbung suara PKS di Sumatera, Jakarta, Banten dan Jawa Barat terlihat stagnan bahkan cenderung turun. Kondisi ini menyebabkan PKS masuk dalam jebakan Partai Kelas Menengah _(Middle Party Trap)._
Sejumlah analisa mulai bermunculan baik secara internal maupun para pengamat, untuk mencari jawaban akan hasil suara PKS dalam Pemilu 2024, mulai dari agresivitas partai2 lain Pemerintah dalam menggaet pemilih dengan menyebarkan, sembako, minyak goreng hingga amplop. Hingga kekecewaan masyarakat terhadap Aleg2 PKS yg jarang bahkan tidak pernah turun menyapa masyarakat dalam 4,5 tahun terakhir hingga menyebabkan ambyarnya suara yang sudah ditargetkan. Padahal ketika menghadapi Gelora, PKS sangat confident dan mampu meyakinkan publik bahwa PKS tidak punya saudara kembar utk dipilih.
Sebagai Partai yang lahir dari rahim Reformasi dan kemampuan dalam mengelola kader2nya (walaupun ini jga mulai menurun), Partai yang menginisiasi politik gagasan, sudah harusnya PKS mendapatkan keuntungan atau _gain_ yang besar dalam satu dekade terakhir ini, memilih jalur sebagai oposisi diluar Pemerintah, PKS sudah selayaknya memanen suara yang besar dalam Pemilu 2024 ini. Ditambah totalitas dalam mengusung Capres Anies Baswedan membuat PKS diatas angin dalam meraup banyak suara. Tapi sekali lagi ini tinggal harapan, memory masyarakat kita tidak cukup panjang melihat konsistensi perjuangan PKS selama ini, transformasi PKS dari Partai Kanan menuju Partai Tengah tidak cukup mampu meyakinkan publik pemilih, terutama yg berbasis pemilih ideologis dan pragmatis. Tetap saja politik yang berbasis barter dan transaksional yang dipilih.
Tapi hikmahnya, ini mungkin cara Allah SWT untuk mendidik dan memberikan kesempatan pada PKS untuk mempersiapkan diri lebih matang lagi dalam dunua Politik sebelum diberi kesempatan untuk memimpin Indonesia, menata kembali tata kelola Partai dengan prinsip Partai Modern _(good party governance)_, megevaluasi kembali sistim kaderisasi dan keanggotaanya berbasis merit sistim, yang paling penting menjadi Partai politik seutuhnya dengan nilai dan value yang kuat bagi sebuah Partai Politik.
Segera setelah ada penetapan hasil, para struktur mulai dari tingkat pusat hingga ranting, untuk menata kembali hubungan dan relasi yang kuat dan fungsional dengan Aleg terpilih, relawan dan masyarakat. Sebelum pelantikan sebaiknya Aleg terpilih langsung berkoordinasi dengan struktur Partai, tidak ada lagi bulan madu, karna tahun pertama akan sangat menentukan relasi yang terbagun. Perlu ada KPI yang jelas untuk masing2 pihak, sehingga terbangun orkestrasi yang merdu dan kuat. Peran Aleg sebagai etalase partai yang dibekali _resources_ yang besar dri negara, mulai dari reses, kundapil, aspirasi, sosialisasi Perda dan 4 Pilar yang nilainya milliaran setiap tahunnya, harusnya bisa menjadi modal yang kuat dalam merebut hari masyarakat.
Sekali lagi ini kesempatan bagi PKS untuk berbenah, walaupun sudah mengikuti 6 kali Pemilu, tapi sampai hari ini PKS belum punya sistim pencalegan yang kokoh berbasis merit sistim dan kompetensi dalam mempersiapkan kontestasi pemilu lima tahunan, seolah2 kembali ke titik 0 ketika menjelang Pemilu. Apalagi saat ini muncul fenomena regenerasi dari anak kader yang menjadi Caleg tanpa melalui proses sebagaimana mestinya, padahal masih banyak kader2 yg lebih patut dan pantas untuk dicalonkan. Bahkan dilapangan mulai ditemukan Caleg2 PKS menggunakan serangan fajar untuk mendapatkan suara, cara2 yang merusak kemenangan yang bermartabat itu sendiri. Semua PR besar tersebut harus bisa diselesaikan secara mendasar oleh para Pengambil Keputusan sesegera mungkin, atau mungkin PKS sudah merasa cukup nyaman _(confort zone)_ dengan kondisi saat ini. _Wallahu’alam_