JAKARTA : Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati melakukan kunjungan kerja ke New York, Amerika Serikat. Dalam kunjungannya tersebut, dia menemui Michael Bloomberg, salah satu orang terkaya di dunia dan pemilik media di Negeri Paman Sam.
Sri Mulyani menceritakan pengalamannya bertandang ke kantor Michael. Sambil membagikan beberapa dokumentasi pertemuannya, Sri Mulyani mengatakan kantor Michael dirancang tanpa sekat dan pintu. Mereka pun berbincang di salah satu sudut kantor berita Amerika Serikat tersebut.
“Saya bertemu Michael Bloomberg di kantor pusat Bloomberg di New York. Ruang kerja Mike bersifat open space tanpa sekat tanpa pintu. Di sudut ruang kami berdiskusi mengenai berbagai hal,” ujarnya, Jakarta, Selasa (12/10).
Bersama Michael, Sri Mulyani membahas tantangan perubahan iklim dan persiapan pertemuan COP26 di Glasgow. Membahas upaya dunia menangani ancaman perubahan iklim terutama dari segi pendanaan dan kerja sama sektor swasta serta filantropis dalam pendanaan untuk dapat ditingkatkan.
Saat ini, Indonesia telah menciptakan platform blended finance SDG Indonesia One yang dikelola PT Sarana Multi Infrastruktur. Dalam proyek ini Bloomberg Filantropis juga ikut kontribusi dalam penanaman Mangrove.
“SDG Indonesia one adalah wadah kerjasama pendanaan baik pendanaan ekuitas maupun pinjaman dan hibah serta penurunan resiko (de-risking) bagi program SDG dan climate change proyek,” kata dia.
Tak hanya soal tantangan perubahan iklim, keduanya juga membahas masalah kesehatan. Tentang cara Amerika Serikat dalam melakukan penyesuaian kerja selama pandemi. Di sana, sebagian masyarakat ada yang sudah aktif bekerja dan sebagian masih menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Termasuk juga penggunaan masker dan vaksin masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak.
“Sebagian orang kembali bekerja di kantor, namun ada yang tetap ingin bekerja dari rumah. Wajib memakai masker dan harus vaksin atau tidak ? Pilihan dan debat seperti ini menjadi isu utama di Amerika Serikat baik di pemerintah, dunia usaha, dan di sekolah/kampus,” tuturnya.
Menurutnya, setiap negara memiliki kebijakan dan terus menyesuaikan diri dalam menghadapi pandemi. Tak hanya Indonesia, Amerika Serikat sekalipun masih bergulat mengatasi pandemi dan dampak yang ditimbulkannya.
“Semua negara terus menyesuaikan kebiasaan akibat Pandemi. Semua negara masih bergulat mengatasi pandemi dan mengatasi dampak ekonomi sosial dan keuangan yang sangat besar,” kata dia.
Begitu juga Indonesia, kata dia, terus menangani dan mengendalikan Covid-19, mengembalikan secara bertahan aktivitas sosial ekonomi dan terus mendorong reformasi. Tujuannya agar segera cepat dan lebih kuat dengan produktivitas dan kinerja Ekonomi yang makin tinggi.
Every second is change,
Every second is chance.
Do your sevice with integrity,
full heart and full capacity.