KUDUS – Mantan narapidana terorisme (napiter) asal Kudus, Abu Tholut angkat suara soal kondisi radikalisme saat ini. Ia pun mengajak kelompok-kelompok radikal yang masih ada saat ini untuk segera tobat.
”Ideologi radikalisme saat ini pun sudah sulit lagi untuk berkembang. Hendaknya bertaobatlah dari paham-paham (radikalisme) yang seperti itu,” katanya, Kamis (25/8/2022).
Hal tersebut disampaikan Abu Tholut saat bertemu dengan awak media. Dalam kesempatan tersebut, mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah memberi penjelasan kepada awak media terkait kondisi radikalisme yang ada saat ini.
Ia menilai paham radikalisme di Indonesia saat ini sudah menurun drastis, ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Sejumlah paham radikalisme yang ada saat ini pun sudah sulit lagi untuk berkembang dan memengaruhi masyarakat dengan pemahaman yang menyimpang.
”Radikalisme pandangan saya saat ini sudah berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya. Sudah banyak menurun. Terlihat seperti ISIS saat ini sudah tidak menyolok,” ujarnya.
Penurunan penyebaran paham radikalisme tersebut, sambung dia, tidak terlepas dari masyarakat yang saat ini tidak mudah dipengaruhi dengan pemahaman baru yang masuk. Kemudian kontribusi tokoh agama dan para penegak hukum di Indonesia yang turut menjadi benteng pemahaman radikal yang berupaya masuk.
”Karena radikalisme itu pemikiran yang mengatasnamakan agama. Kerja keras dan kontribusi tokoh agama (mencegah radikalisme) seperti kiai, ustadz harus kita hargai. Kontribusi kerja para penegak hukum juga berpengaruh,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat di Indonesia untuk tetap berhati-hati dengan ancaman penyebaran paham radikalisme yang saat ini bukan hanya disebarkan melalui dunia nyata saja.
Melainkan, dunia maya juga menjadi sasaran. Dari berbagai isu yang beredar, sambung dia, bisa juga ditunggangi dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama melawan sebaran berita bohong (hoax). Informasi-informasi hoax di era sekarang sudah begitu meresahkan, bahkan membahayakan kebhinekaan bangsa.
Untuk menetralisasi informasi menyesatkan di berbagai media sosial itu. Peranan pers sangat dibutuhkan untuk menetralisasi informasi hoax yang setiap hari membanjiri laman-laman media sosial. Masyarakat kita harus dicerdaskan, jangan sampai diadu domba.
”Jangan sampai masyarakat terpengaruh pandangan yang sifatnya memanfaatkan kasus yang ada untuk urusan yang lebih mudharat seperti perpecahan bangsa dan sebagainya,” pungkasnya.
Every second is change,
Every second is chance.
Do your sevice with integrity,
full heart and full capacity.