NUR-SULTAN – Kongres ke-7 Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional (Congress of Leaders of World and Traditional Religion) dilaksanakan di ibu kota Kazakhstan, Nur Sultan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 14-15 September 2022.
Kongres yang diadakan di Istana Kemerdekaan ini dihadiri sekitar 100 delegasi dari 50 negara, termasuk pemimpin spiritual Katolik Paus Fransiskus, Imam Besar Al-Azhar Ahmed El-Tayyeb, Kepala Ashkenazi Israel Rabbi David Lau dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf.
Presiden Republik Kazakhstan, H.E. Mr. Kasyim Jomart Tokayev dalam pembukaan mengatakan bahwa kongres yang pertama kali diselenggarakan pada 2003 ini merupakan forum dialog antar peradaban di tingkat global mengingat Kazakhstan telah cukup lama menjadi jembatan antara Barat dan Timur. “Tanah Kazakh telah menjadi jembatan antara Barat dan Timur selama berabad-abad. Hal itu terlihat sejak kerajaan nomaden melewati padang rumput yang luas yang ada disini”, katanya.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa konflik tidak boleh diselesaikan dengan senjata dan ancaman, tetapi dengan dialog. “Mari kita berkontribusi bersama, dalam hal ini: bukan dengan lebih banyak senjata, tetapi dengan pendidikan!”, ungkapnya.
Imam Besar Al-Azhar, Ahmed El-Tayyeb mengatakan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah saling pengertian antar umat beragama dan penghormatan pada kemanusiaan: “Kita tidak berbicara tentang penyatuan semua agama menjadi satu agama. Itu adalah fantasi. Kita berbicara tentang bagaimana memperkuat ikatan sosial antar agama dan penghormatan antar manusia”, tuturnya.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan tentang pentingnya dialog untuk menyelesaikan berbagai masalah di dunia. “Kita harus duduk bersama membahas segala masalah dengan hati terbuka untuk mengetahui akar masalah. Kita harus melanjutkan dialog antar agama seperti ini”, paparnya.
Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Dr. Mochamad Fadjroel Rachman mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan setiap tiga tahun oleh pemerintah Kazakhstan dengan mengumpulkan seluruh pemimpin agama dari seluruh dunia untuk membahas tentang pentingnya persaudaraan seluruh umat manusia. “Pada kegiatan ini, seluruh pemuka agama bersatu menyerukan persaudaraan dan perlunya menghindari kekerasan dalam penyelesaian masalah di dunia. Hal ini sejalan dengan visi yang dituliskan para pendiri negeri kita dalam konstitusi yang menyerukan untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”, tuturnya.
Dalam kunjungan selama dua hari di Kazakhstan, Gus Yahya bersama Dubes Fadjroel juga mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa pihak, antara lain Grand Mufti Kazakhstan, Naurzybay Kazhi Taganuly, Menteri Urusan Dakwah dan Keislaman Saudi, Dr. Abdul Latif bin Abdul Aziz Al Syekh, Imam Besar Al-Azhar, Ahmed El-Tayyeb untuk mendiskusikan berbagai topik keagamaan, perdamaian, dan kemanusiaan. Pada kesempatan tersebut, Gus Yahya juga mengundang mereka untuk menghadiri forum Religion of Twenty (R20) di Bali, pada November mendatang.
Jurnalis Independent Politic News