Jakarta – Dengan ditetapkannya Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Nusantara, Istana Negara IKN terletak di Kawasan Inti Pemerintahan (KIPP) IKN, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Meski dibangun di lahan hutan, wilayah IKN memiliki kearifan lokal yang telah berusia ratusan tahun, termasuk di dalamnya adalah wilayah adat Maridan.
Wilayah ini memiliki sejarah tersendiri bagi Komunitas Masyarakat Adat Paser Maridan. “Lucu saja, tiba-tiba di tempat itu sudah ada rencana lahan Mabes Polri,” keluh seorang anggota komunitas Masyarakat Adat Maridan baru-baru ini.
Nasib serupa dialami oleh suku Balik, yang juga memiliki kearifan lokal namun kini mulai tergusur atas nama pembangunan Ibu Kota Nusantara
Dua contoh di atas adalah gambaran kecil tentang imbas sebuah wilayah menjadi kota, terutama ibu kota negara. Seperti halnya masyarakat adat di IKN, suku Betawi telah mengalami nasib buruk sepanjang peradaban Jakarta, tergusur oleh dan atas nama pembangunan. Kearifan Betawi mengalami pertarungan luar biasa karena penggusuran bukan hanya fisik tetapi juga nilai-nilai tradisi yang telah lama ada dan dianut oleh masyarakat setempat
Azis Khafia, Direktur Himpunan Cendekiawan Betawi, dalam keterangan tertulisnya pada Senin (05/08) mengingatkan masyarakat adat Kalimantan Timur dan pemerintah untuk banyak belajar dari sejarah kaum Betawi. “Kaum Betawi telah bertahan menghadapi berbagai gempuran peradaban namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi mereka dengan adaptasi yang luar biasa. Penting bagi kita semua untuk memahami dan menghargai bagaimana mereka mampu menjaga identitas budaya mereka sambil beradaptasi dengan perubahan zaman,” ujar Azis dalam wawancara.